Jogja adalah kota yang sangat terkenal dengan kebudayaanya yang masih terjaga dari zaman kerajaan Mataram. Salah satu budaya yang terus dilestarikan hingga saat ini yaitu Upacara Adat Labuhan. Labuhan sendiri adalah upacara adat yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta atas perintah Raja-Raja di Keraton Yogyakarta.
Upacara Adat Labuhan memiliki makna religius didalamnya. Sama halnya upacara adat lainnya upacara ini juga memiliki latar belakang terentu yang berhubungan dengan cerita rakyat yang sudah melegenda dan masih dipercaya hingga saat ini. Upacara Adat labuhan ini memiliki maksud untuk mengucap rasa syukur Masyarakat Jogja atas keseimbangan alam Yogyakarta yang subur dan lestari. Selain itu juga bertujuan untuk meminta agar selalu diberikan keselamatan untuk Ngarsa Dalem dan seluruh Masyarakat Yogyakarta.
Upacara Alit Labuhan Keraton Yogyakarta
1. Upacara Adat yang dilakukan di Pantai Parangkusumo, labuhan ini diadakan satu hari setelah jumenengan atau penobatan seorang Raja. Pantai Parangkusumo dipilih sebagai lokasi labuhan karena merupakan petilasan dari tempat Panembahan Senopati dalam melakukan tapanya untuk meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar bisa menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana. Menurut legenda di Pantai Parangkusumo tempat pertemuan antara Panembahan Senopati dengan penguasa laut selatan yaitu Kanjeng Ratu Kidul yang menyatakan akan membantu Panembahan Senopati dan keturunanya, hingga berdirilah kerajaan Mataram dan Keraton.
2. Upacara Adat Labuhan di Gunung Merapi dilakukan dengan mengarak gunungan yang berisi umborampe. Labuhan dimulai dari Petilasan Rumah Mbah Maridjan yang berada di dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman kemudian diarak jalan menuju Sri Manganti yang terletak di pos 1 Merapi. Upacara ini dilaksanakan setiap tahunnya tanggal 30 Rajab untuk memperingati hari penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Sultan Ngayogjokarto Hadiningrat.
3. Labuhan Gunung Lawu dilaksanakan rutin setiap tahun bersamaan dengan Labuhan Parangkusumo dan Labuhan Merapi. Labuhan lawu dilaksanakan di Gunung Lawu Karanganyar, Jawa Tengah. Dipilihnya Gunung Lawu karena tempat bertapa dan gugurnya leluhur dari raja-raja Mataram yaitu Prabu Brawijaya atau Susuhunan Lawu I Kasepuhan dan putranya Susuhunan Lawu II Kaneman.
Upacara Adat Labuhan Ageng
Labuhan besar atau Labuhan Ageng diadakan keraton setiap 8 tahun atau sewindu sekali. Upacara ini dilaksanakan di empat tempat labuhan yaitu di Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, Perbukitan Dlepih Khayangan, dan Gunung Lawu dengan waktu yang hampir bersamaan.
Labuhan Dlepih Khayangan, upacara adat yang dilaksanakan setiap 8 tahun sekali sebagai penobatan sultan Keraton Yogyakarta pada tahun Dal. Adat ini dilaksanakan di Perbukitan Dlepih Khayangan Kecamatan Tirtamaya, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Setelah penobatan Raja pertama pada zaman kerajaan Mataram Islam, upacara Labuhan Dlepih Khayangan dilakukan setiap windon. Tempat ini dipilih para Sultan karena merupakan petilasan Kanjeng Sunan Kalijaga untuk bertapa.
Jogja memang memiliki banyak keistimewaan yang sangat menakjubkan. Selain dijadikan tempat wisata juga dapat menjadi tempat untuk mengetahui dan belajar tentang kebudayaan yang sudah ada sejak zaman dahulu dan dilestarikan secara turun temurun. Upacara adat labuhan ini merupakan acara keraton yang bisa dihadiri masyarakat umum maupun wisatawan mancanegara loh. Yuk Sobat Properti agendakan untuk berkunjung ke Jogja jangan lewatkan acara istimewanya.
Leave a Reply